Tari Yospan-ragam gerak nusantara |
Tidak dari sisi SDM
saja kita terancam tetapi baru-baru ini ada yang namanya Goyang aster. Goyang
ini memang belakangan ini sangat papuler sampai kitorang punya kaka, adik
dorang semua tau goyang ini, sampai goyang ini sering di buat lombah dalam
kejuaraan di hari-hari besar.
Dong mengerti k tidak
ee.??
lomba tarian aster-tabloidjubi |
Tarian Yospan ini
ternyata penggabungan dari dua tarian rakyat di papua yaitu Yosim dan Pancar. Tarian yosim berasal
dari wilaya teluk sairei (serui,waropen). Yosim
lebih membebaskan penari untuk mengekspresikan gerakan dan mengandalkan
kelincaan gerak tari terus kalau pancar lebih kaku dan tariannya lebih
mengikuti alunan musik, tipa, ukulele sama gitar.
Dengan Perkembangan
zaman di papua sana,tarian ini di jadikan tarian rutinitas di sekolah-sekolah
tarian ini juga menjadi tarian senam dan sering di perlombakan saat hari besar
dalam ketegori yang beragam dan itu berlangsung sejak 1960an hingga kini. Namun
beberapa tahun belakangan ini, mala yang marak bukan yospan tetapi tarian
aster. Bahkan beberapa bulan lalu tarian aster ini di perlombakan di depan
kantor gubernur Papua dan di sponsori oleh Pemerintah Provinsi sendiri. Waoo...
Siapa yang sedang
memusnakan kebiasaan papua..??
Kalau kita tengok lagi,
hal yang pemerinta provinsi buat di depan kantor gubernur ini adalah suatu
proses penggeseran budaya atau kebiasaan yang sering di lakukan secara turun
temurun di sekitar wilaya papua. Hal ini terpancar sangat jelas bahwa salah
satu wadah percepatan penggeseran budaya lokal yang sejak lama di pertahankan
oleh masyarakant pribumi dengan mudah di lengserkan. Dan apa bila kegiatan
seperti ini terus terulang maka dapat kita kategorikan bahwa pemerintah
provinsi adalah salah satu dalang dari pergeseran budaya ataupun tarian lokal
yang adalah warisan lelulur Papua.
Sebagai Pemerintah Daerah seharusnya lebih jelih
memperhatikan nilai-nilai lokal yang sedang di ambang kepunahan, dan lebih
mengajak masyarakat untuk mencintai budaya lokalnya sendiri bukan menjauhkan
mereka dari budaya yang lama telah melekat pada diri mereka. Itu sama halnya
sedang memaksa sesorang melupakan masa lalunya, alias memaksa depresi atau memaksa orang lupa ingatan,
sangat tidak masuk akal.
Posisi mahasiswa??
Mahasiswa boleh di
bilang adalah Siswa/i pilihan yang menjadi maha untuk mengkaji dan mengkritisi
dirinya,masyarakatnya dan lingkungan sekitar ia di perbolehkan belajar. Budaya/
kebiasaan yang sering di lakukan oleh leluhur sejak dahulu adalah satu hal
penting yang harus di kritisi dan di kaji oleh mahasiswa sebelum menginjak
lebih jauh. Tidak ada hidup yang di jaga oleh orang lain selain diri kita sama
halnya hidup budaya kita bilah bukan diri kita yang memulai untuk menjaga siapa
lagi yang kia harapkan??.
Dari sisi lain budaya
adalah pemersatu antara manusia satu dengan manusia yang lainnya di suatu lingkup/wilayah,
sehingga mudah dalam berinteraksi. Dari sisi pandang ini kita dapat persepsi
bahwa budaya adalah satu hal penting yang harus benar-benar di jaga dan di
regenerasikan melalui berbagai cara tanpa menghilangkan nilai pada budaya itu
sendiri, baik secara internal maupun eksternal agar terpupuk dalam wadah yang
besar.
Untuk menjaga kebiasaan
Lokal tetap eksis ??
Campur tangan Semua
kalangan dari pemerintah daerah, Masyarakat dalam hal ini para petua budaya dan mahasiswa sangat di butuhkan
agar budah harus tetap eksis adalah hal yang paten. Apa bila satu dari antara ketiga
komponen itu bertolak belakang maka budaya kita berada di ambang kepunahan,
maka perlu ada yang namanya kordinasi kajian horisontal yang kritis dan efektif
antara ke tiga komponen ini.
Budaya adalah pemersatu
yang paten tidak ada hal lain yang bisa membanta itu, dan hal itu sangat
kental, nampak di Papua. Kita adalah generasi Papua yang punya tugas besar
untuk memupuk dan merawat semua itu. Mari kita teruskan, ko dan za adalah satu
Papua.
#menkoinfo
#menkoinfo
Posting Komentar