0

Ketika itu sore-sore dan sedikit gelap tepatnya di tepian sungai ciliwung dekat sebuah gedung yang tidak terlalu megah, wajah orang –orang yang menepi disana tidak lagi tampak dari jauh, saya menuju dan memasuki gedung yang tidak terlalu mega tersebut.

Didepan gedung itu berdiri seorang yang cukup percaya diri dan tepat di bawahnya banyak orang dengan serius mendengarkan apa yang di tuturkannya, banyak sudah kata yang tertutur dari mulutnya dan nampaknya orang-orang di situ telah hanyut terbawa dalam alur pembicaraannya, karena kata-kata yang di tuturkanpun sangat teratur dan memikat.

Sayapun menjadi penasaran dan melangkah lebih dekat lagi mendekati bangku deretan ke empat dari depan, saya terduduk disitu. Tanpa sadar sayapun hanyut terbawa dalam ceritanya dan saya sadar ketika cerita tersebut telah selesai.

Ternyata tempat yang tidak terlalu megah itu sebuah gereja dan orang yang berdiri di depan banyak orang tersebut adalah seorang hambah Pdm.Rudianto, Ia di angkat menjadi pendeta mudah setelah sempat menyelesaikan pendidikannya di sekolah tianggi teologi (STT) Imanuel Bogor. Beliau di tugaskan di salah satu gereja cabang dari tempat ia berbicara ini.

Cerita yang ia sampaikan ternyata sebuah perumpamaan yang ia petik dari kehidupan sehari-hari yang sering banyak insan mempraktekannya di seputar kota ini. Begini cerita perumpamaannya. “ Kita adalah pekerja yang sangat rajin dan tekun terhadap pekerjaan yang di embankan oleh suatu perusahaan di jakarta, dan kendaraan yang sering mengantar kita merupakan kereta api. Suatu ketika kereta hanya tersisah satu rangkaian di stasiun dan saat itu kami baru sampai di luar dari pagar stasiun, lalu terdengar pangumuman., kereta tersebut akan di berangkatkan 5 menit lagi, sedangkan perjalanan menuju ke tempat penjualan tiket butuh 5 menit, apa yang kita lakukan? Tentu kita akan berlari sekencang mungkin dan dengan penuh harapan pandangan kita akan terus tertujuh pada kereta tersebut, dan kita tentu akan melakukan berbagai cara, bahkan melompat dan terluka sekalipun hanya  untuk menggapainya, karena hanya kereta tersebut  yang dapat mengantar kita hingga ke tempat yang kita tujuh dan harapkan".

Lanjutnya lagi demikian, bila saja didalam mangarungi bahtera kehidupan ini kita memahami apa yang sebetulnya dapat mengarahkan dan menghantarkan kita hingga ke tempat  akhir yang kita harapkan. tentu di hari-hari akhir ini kita akan berusaha dengan segala cara untuk menggapai itu dan itu adalah Firman. Ya hanya Firman yang dapat menghantarkan kita menuju ke tempat yang kita dambahkan yaitu “Kejaraan Allah”. Barang siapa yang dengan sungguh-sungguh mengarahkan pandangan kepada Firman ia akan menggapainya dan bila pandangannya terfokus pada hal lain/ hal duniawi., tentu hal itu akan menjadi faktor utama kegagalan dalam menggapai apa yang di harapkan.

 bacaan(2 PETRUS 1:10-11)

Demikian perumpamaan yang di sampaikan oleh Tuhan melalui Pdm.Rudianto ketika berdiri cukup percaya diri dengan kata-kata yang memaksa hati dan alam fikri menyerap dan menyimpannya.
Dan berita  ini di sampaikan di tengah jemaat yang hadir pada Hari minggu,18 Februari 2018 saat ibadah sore pukul 5.00 Wib, di  Gereja Gerakan Pentakosta( GGP) Imanuel  di kota Bogor.

Posting Komentar

 
Top