Ketika itu sore-sore dan sedikit gelap tepatnya di tepian
sungai ciliwung dekat sebuah gedung yang tidak terlalu megah, wajah
orang –orang yang menepi disana tidak lagi tampak dari jauh, saya menuju dan
memasuki gedung yang tidak terlalu mega tersebut.
Didepan gedung itu berdiri seorang yang cukup percaya diri
dan tepat di bawahnya banyak orang dengan serius mendengarkan apa yang di
tuturkannya, banyak sudah kata yang tertutur dari mulutnya dan nampaknya
orang-orang di situ telah hanyut terbawa dalam alur pembicaraannya, karena
kata-kata yang di tuturkanpun sangat teratur dan memikat.
Sayapun menjadi penasaran dan melangkah lebih dekat lagi
mendekati bangku deretan ke empat dari depan, saya terduduk disitu. Tanpa sadar
sayapun hanyut terbawa dalam ceritanya dan saya sadar ketika cerita tersebut
telah selesai.
Ternyata tempat yang tidak terlalu megah itu sebuah gereja
dan orang yang berdiri di depan banyak orang tersebut adalah seorang hambah
Pdm.Rudianto, Ia di angkat menjadi pendeta mudah setelah sempat menyelesaikan
pendidikannya di sekolah tianggi teologi (STT) Imanuel Bogor. Beliau di
tugaskan di salah satu gereja cabang dari tempat ia berbicara ini.
Cerita yang ia sampaikan ternyata sebuah perumpamaan yang ia
petik dari kehidupan sehari-hari yang sering banyak insan mempraktekannya di
seputar kota ini. Begini cerita perumpamaannya. “ Kita adalah pekerja yang
sangat rajin dan tekun terhadap pekerjaan yang di embankan oleh suatu
perusahaan di jakarta, dan kendaraan yang sering mengantar kita merupakan
kereta api. Suatu ketika kereta hanya tersisah satu rangkaian di stasiun dan
saat itu kami baru sampai di luar dari pagar stasiun, lalu terdengar pangumuman.,
kereta tersebut akan di berangkatkan 5 menit lagi, sedangkan perjalanan menuju
ke tempat penjualan tiket butuh 5 menit, apa yang kita lakukan? Tentu kita akan
berlari sekencang mungkin dan dengan penuh harapan pandangan kita akan
terus tertujuh pada kereta tersebut, dan kita tentu akan melakukan berbagai
cara, bahkan melompat dan terluka sekalipun hanya untuk menggapainya, karena hanya kereta
tersebut yang dapat mengantar kita
hingga ke tempat yang kita tujuh dan harapkan".
Lanjutnya lagi demikian, bila saja didalam mangarungi bahtera kehidupan ini kita
memahami apa yang sebetulnya dapat mengarahkan dan menghantarkan kita hingga ke
tempat akhir yang kita harapkan. tentu
di hari-hari akhir ini kita akan berusaha dengan segala cara untuk menggapai
itu dan itu adalah Firman. Ya hanya Firman yang dapat menghantarkan kita menuju
ke tempat yang kita dambahkan yaitu “Kejaraan Allah”. Barang siapa yang dengan
sungguh-sungguh mengarahkan pandangan kepada Firman ia akan menggapainya dan bila pandangannya terfokus pada hal lain/ hal duniawi., tentu hal itu akan menjadi faktor utama kegagalan dalam menggapai apa yang di harapkan.
bacaan(2 PETRUS 1:10-11)
bacaan(2 PETRUS 1:10-11)
Demikian perumpamaan yang di sampaikan oleh Tuhan melalui
Pdm.Rudianto ketika berdiri cukup percaya diri dengan kata-kata yang memaksa
hati dan alam fikri menyerap dan menyimpannya.
Dan berita ini di
sampaikan di tengah jemaat yang hadir pada Hari minggu,18 Februari 2018 saat
ibadah sore pukul 5.00 Wib, di Gereja
Gerakan Pentakosta( GGP) Imanuel di kota
Bogor.
Posting Komentar